Kisah Para Pemimpin Penghafal Alquran

edit


Kisah Para Pemimpin Penghafal Alquran
Mereka memimpin dengan hati. Dicintai rakyat. Hafal Alquran.
Dream - Malam baru saja membungkus Gaza. Hari itu 29 Juli 2014. Selepas Isya jalanan sudah senyap. Pada rumah-rumah di Gaza City itu warga menikmati malam. Menonton siaran televisi. Bersenda gurau dengan sanak saudara. Beberapa bahkan sudah ke peraduan.

Jalanan hening itu tiba-tiba terkoyak. Dan itu datang dari langit. Dua pesawat tempur Israel meraung di angkasa. Itu F-16 milik Angkatan Udara Israel, yang punya presisi tinggi membidik korban dari ketinggian awang. Di langit kota yang sunyi itu, suara pesawat tempur ini terdengar seperti kabar tentang kematian.

Dan ajal itu terasa seperti mengincar dari atap rumah. Pada malam yang gelap gulita itu, puluhan helikopter Apache milik Israel menyemut di Cakrawala. Orang-orang bergidik di dalam rumah. Menunggu sang maut jatuh ke mana. Rumah yang mana. Memilih siapa. Di tengah kenggerian itu, tiba-tiba mendesing suara dari langit. Rudal Israel mulai berpesta.

Lalu?

Darrrrrrrr..... Sebuah rudal menghantam kamp pengungsian As-Syathi di kota itu. Meluncur dari pesawat yang menakutkan itu, dituntun teknologi canggih, inilah rudal paling tolol dari negeri Israel. Yang dihantam itu adalah gubuk reyot. Entah kenapa para serdadu zionis itu yakin gubuk itu milik Ismail Haniya, pemimpin Hamas yang menjadi target si rudal.

Warga mulai berhamburan. Banyak juga yang bertahan. Gemetar mendengar kenggerian itu. Sepanjang malam itu, militer Israel memuntahkan begitu banyak rudal dari langit. Dan begitu banyak pula yang salah sasaran. Menghabisi rumah penduduk sipil.

Hujan kematian dari langit itu baru berhenti menjelang subuh. Sejumlah burung besi itu balik kanan. Meninggalkan langit Gaza. Meninggalkan kota yang porak-poranda. Bergelimang darah. Meninggalkan kematian. Tapi tamatkah riwayat orang yang disasar ratusan rudal yang menghujam kota itu?

Tidak!

Esok harinya, mantan Perdana Menteri Palestina itu tampil ke muka umum. Ismail Haniya selamat. Jangankan rudal, serpihan pun tak mengores badannya. Ia lolos dari malam jahanam itu. Pada serangan yang susul menyusul itu, rumahnya memang hancur. Tapi Haniya dan keluarga tak di situ.

Dan dengarlah kata-katanya yang menggetarkan ini.  “Kediamanku tidaklah lebih bernilai daripada rumah anak-anak bangsa kami. Pemboman 'batu' itu tidak memecahkan tekad kami dan kami akan terus bertahan hingga mendapat kebebasan," ujarnya lantang.

Rumah Haniya memang hancur total. Perabot rumah, televisi, kursi, dan dipan tempat dia mengaso sudah hancur berantakan. Namun harta berharganya tetap utuh, sebuah kitab suci Alquran, yang selama ini selalu menuntun semangat. Menuntun segenap hidupnya.

***

Bagi warga Palestina, Haniya memang bukan sekedar pemimpin belaka. Tapi juga sebuah contoh. Tentang perjuangan yang datang dari hati. Dan tentang hidup yang jauh dari kemewahan. Rumah yang dihancurkan serdadu Israel itu sungguh sederhana. Di rumah itu dia biasa bersantap beralas tikar. Dipan tempat mengaso juga sederhana, bahkan tak empuk.

Kesederhanaan itulah yang membuat rakyat Palestina jatuh cinta. Dia didaulat menjadi Perdana Menteri Palestina menyusul kemenangan Hamas pada Pemilu 2006. Dia adalah panduan dalam berjuang, sekaligus contoh dalam menjalankan perintah agama.

Haniya adalah salah satu contoh langka pemimpin negara yang hapal Quran. Bukan satu dua surat, tapi 30 juz Quran sudah bersemayam di ingatannya.

Dan kecintaan Haniya pada Quran datang dari masa kecilnya. Dari keluarganya yang saleh. Bukan hanya dia, anggota keluarganya pun diajak mencintai setiap ayat dari kitab suci Al-Quran.

Sebuah fenomena langka memang, menjadi Hafiz sekaligus pemimpin negara. Bahkan di tanah Arab, sosok pemimpin penghapal Quran seperti dia, masih sangat jarang.

Dari segelintir pemimpin seperti Haniya itu, kita juga mengenal nama Mohammad Mursi Issa Ayyat dan Salman Bin Abdul Aziz. Mursi adalah Presiden Mesir pengganti Husni Mubarrak. Sementara Salman diangkat menjadi Raja baru Arab Saudi menggantikan kakaknya Abdullah bin Abdul Aziz.

Baik Mursi maupuan Salman adalah para penghapal Quran, yang menjadi pemimpin negara.

Kecintaan Mursi pada Quran juga sudah bersemi semenjak belia. Sedari kecil dia bercita-cita menjadi hafiz. Dan itulah sebabnya Alquran selalu hidup dalam benak, dalam seluruh hidupnya. Baginya, Alquran adalah teman setia, yang kapan saja dapat dibaca tanpa harus memegang teks.

Dan kesetiaan pada Quran itu juga menghinggapi istrinya.  Naglaa Ali Mahmoud, nama sang istri, juga dikenal sebagai hafizah, penghafal Alquran. Keluarga ini dikenal taat dalam menjalankan perintah agama.

Sementara Raja Salman adalah anggota keluarga kerajaan yang sudah tersohor karena menghafal Quran. Lantunan ayat-ayat sucinya kerap terdengar dari Masjid suci umat Islam, Masjidil Haram.

Kecintaan Salman tak terbatas pada menghapal Quran. Lewat Prince Salman Prize for Quran Memorization, raja baru Saudi ini sudah menularkan kebiasaan menghapal Quran itu kepada generasi muda.

“Kepada kalian, anak-anakku, tugas besar terhadap agama kalian, maka setelah kalian pulang, kembali ke Quran untuk panutan merupakan keharusan,” pesan Pangeran Salman kepada anak-anak peserta lomba hafiz pada suatu ketika.

Pria yang lahir di Riyadh, 31 Desember 1935 itu memang sangat senang melihat anak-anak penghafal Alquran. Dia telah jatuh hati pada Alquran sejak kecil. Pangeran Salman bahkan telah hafal suluruh isi kitab suci umat muslim itu sejak belia. Dia merayakan keberhasilan pada 22 Juli 1945. Saat usianya masih sepuluh tahun.

***

Mursi, Haniya, dan Raja Salman menjadi contoh hidup kecintaan umat Nabi Muhammad pada ayat-ayat suci Alquran. Sayang, hiruk pikuk politik meminggirkan sejumlah pemimpin dari panggung nasional.

Mursi yang memperoleh amanah lewat jalan damai itu dipaksa mundur dari  jabatannya. Pemerintahannya direnggut paksa kudeta militer. Presiden Mursi hanya  bisa bertahan satu tahun.

Menjabat sebagai presiden, Mursi harus bekerja keras membenahi pemerintahan Mesir. Keputusan paling mengejutkan datang ketika Mursi membuka blokade Mesir atas pengaruh Israel ke jalur Gaza, Palestina. Tindakan yang tak pernah dilakukan sepanjang sejarah Mesir.

Tak pelak langkah ini mendapat sorotan luar biasa dunia internasional. Mursi adalah orang pertama yang melakukannya, bahkan secara terbuka memastikan bahwa dia sungguh membenci Israel.

Ditakuti negeri tetangga seperti Israel, Mursi justru digulingkan dari dalam negeri. Secara resmi Menteri Pertahanan Mesir Abdel Fattah al Sisi mengumumkan kudeta. Kudeta itu dilakukan, begitu alasan si menteri,  demi mencegah perang saudara.

Jika Mursi dipaksa turun tahta, Perdana Menteri Palestina,  Ismail Haniya turun tahta secara damai. Sukarela mundur pada Juni 2014, Haniya ingin memberi kesempatan pada Perdana Menteri Palestina baru sebagai simbol rekonsiliasi antara Fatah dan Hamas, dua kekuatan yang sama-sama ditakuti Israel.

Meski sudah menepi dari panggung kekuasaan, Haniya masih memiliki daya bagi perjuangan Palestina. Daya yang menular pada jutaan rakyat negeri itu. Itulah sebabnya Haniya diincar, pada malam jahanam itu.
Previous
Next Post »

NO SARA, NO RASIS, Jika belum punya akun BLOGGER silahkan komentar dengan pilihan ANOYMOUS Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Thanks for your comment