Muslimah di Panggung Dunia

edit


Muslimah di Panggung Dunia Ilustrasi
Datang dari panggung yang berbeda. Politik dan bisnis. Inilah para muslimah berpengaruh di dunia.
Dream - Telepon itu berdering. Pada sebuah rumah di Jerman Barat. Hari itu 17 Agustus 1975. Jauh sebelum negeri di barat itu menyatu dengan saudara kembarnya Jerman Timur, 3 Oktober 1975. Penghuni rumah itu dua orang. Kakak beradik. Sudah lama mereka di situ. Dua wanita itu bukan warga Jerman.

Lantaran tak disahut, telepon itu datang berkali-kali. Menjerit-jerit. Lalu bergegaslah Sheikh Hasina Wajed. Mengangkat gagang telepon. Pria di seberang berbicara dengan suara pilu. Membawa kabar yang tak ingin didengar siapapun di muka bumi ini.  Ayah kedua wanita itu sudah mati.  Tewas ditembak.

Kabar kematian itu, bukan saja menguncang jiwa dua anak ini, tapi juga berjuta rakyat di negeri kelahiran mereka, Bangladesh.  Sheikh Hasina  memang bukan sembarang penghuni. Mereka adalah  Putri Perdana Menteri Pertama Bangladesh Sheikh Mujibur Rahman. Sang ayah itulah yang mati di tangan segerombolan serdadu.

Saat itu, sebuah kudeta berdarah  sedang mengamuk di Bangladesh. Banyak keluarga sang perdana menteri yang tewas. Padahal Mujib adalah tokoh pergerakan. Pejuang kemerdekaan negeri itu. Dia berakhir dengan tragis. Memilukan. Menggenaskan. Dan menyedihkan.

Para eksekutor itu datang pagi buta. Pintu rumah ambrol ditendang. Sembari mengokang bedil para serdadu itu masuk merangsek. Tak ada peringatan. Datang untuk satu tujuan. Menyudahi hidup si pemilik rumah beserta segenap keluarga. Peluru  menyalak sahut menyahut. Delapan penghuni roboh pagi buta itu.

Sangat disegani negara tetangga, Mujib  adalah pemimpin yang sukses memisahkan negeri itu dari Pakistan. Kisah panjang perjuangannya berakhir tragis.  Pagi itu, tak satu pun penghuni rumah  yang selamat. Sesudah mengumbar peluru, para serdadu itu bergegas pergi. Jejak sepatu bot mereka membekas di lantai yang berlinang darah segar.

"Hati saya hancur ketika Duta Besar Bangladesh di ujung telepon mengatakan ayah dan saudara saya tewas dibunuh," kenang Sheikh Hasina dengan mata berkaca-kaca dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera, beberapa lama sesudah tragedi itu.

Ketika pergolakan politik di Bangladesh sedang sengit-sengitnya pertengahan tahun 70an dan puncaknya kudeta berdarah yang dilakukan perwira militer terhadap Perdana Menteri Sheikh Mujibur Rahman, Hasina memang tengah menetap di Jerman.

Kematian sang ayah adalah awal dari perjalanan panjang Hasina dan sang adik. Menyedihkan sekaligus bergelora. Mereka dilarang pulang ke Pakistan. Harapan mengantar sang ayah ke pemakaman ikut terkubur.

Enam tahun sesudah peristiwa tragis itu, barulah Hasina diijinkan pulang kampung. Hasina pulang 17 Mei 1981. Dia terpaku di depan pusara sang ayah. Air matanya sudah kering. Tak ada tangisan. Di kubur  itulah dia membulat tekad. Meneruskan cita-cita sang ayah: menghidupkan kembali demokrasi yang mati ditangan militer.

Hasina berjuang dari bawah. Dengan damai. Telaten membangun jaringan. Dan Pemilu 1996 adalah target perjuangan itu. Liga Awani, kekuatan politik yang diwariskan sang ayah, keluar sebagai pemenang Pemilu. Perjuangan selama 15 tahun itu akhirnya mengapai pucuk.

Meneruskan perjuangan sang Ayah, kini Hasina bertanggungjawab atas nasib ratusan juta penduduk Bangladesh. Duduk di tampuk Perdana Menteri pada rentang 1996 hingga 2001, Hasina  mempraktikkan pendekatan probisnis. Dia juga keras menindak kelompok yang disebutnya ekstremis dan menolak menjadikan Bangladesh sebagai negara Islam.

Kiprah Hasina membetot perhatian dunia. Wanita ini dianggap berjasa besar mengubah Bangladesh menjadi negara demokratis. Tak ayal, Forbes pun menempatkan Hasina sebagai salah satu wanita paling berpengaruh di dunia pada 2014.

Bukan hanya mengharumkan nama negara, Hasina juga mengharumkan Bangladesh sebagai negara dengan mayoritas Islam karena dianggap menghargai wanita. Bahwa wanita bisa memegang peran penting. Bahkan menjadi lokomotif. Banyak tokoh dunia, yang mengagumi perjuangan Hasina.

***
Hasina adalah satu muslimah pada era modern ini, yang perannya mempengaruhi negara. Mengubah cara pandang dunia terhadap Islam. Bahwa Islam juga memberi tempat kepada wanita. Bahkan hingga ke pucuk. Tidak seperti yang sering dikabarkan oleh media-media barat.

Dan peran penting kaum wanita itu bisalah dirunut ke belakang. Kaum Muslimah pada jaman Nabi Muhammad justru mendapatkan posisi terhormat. Sejarah Islam bahkan kaya akan kisah wanita dalam pembangunan masyarakat.

Tak terhingga berapa banyak wanita di zaman Nabi yang ikut membangun kebudayaan Islam. Sebut saja Siti Khadijah, Istri Nabi Muhammad.

Era awal masyarakat Islam juga mencatat banyaknya keterlibatan wanita dalam beragam profesi dan aktivitas ekonomi. Rumah Sakit kala itu banyak menjadikan muslimah sebagai dokter atau perawat.

Di zaman abbasyiah dan kesultanan Spanyol, muslimah bahkan terjun sebagai agen rahasia. Pada Spanyol era Islam, wanita muslim bahkan berperan aktif dalam urusan politik dan budaya. Mereka membantu membangun masyarakat kosmopolitan agar  tidak menyimpang dari syariah.

Sebuah bukti otentik tentang era kejayaan Islam dari abad ke-7 hingga 15 mengungkapkan bahwa  banyak muslimah yang aktif dan mendukung kegiatan sosial. Wanita muslim kaya banyak mendukung keberadaan taman publik, rumah sakit, serta tempat menginap melalui aset dan properti milik pribadi.

***

Dari dunia Islam, wanita berpengaruh dan dikagumi dunia bukan cuma Sheikh Hasina Wajed. Jumlahnya banyak. Lihatlah The World's Most Powerful Women 2014 yang dirilis Forbes pertengahan tahun lalu. Selain Hasina, lima Muslimah lain juga meraih penghargaan ini.

Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, menempatkan satu wanita perkasanya di jajaran Forbes. Sri Mulyani Indrawati, mantan Menteri Keuangan yang menjadi Managing Director Bank Dunia. Dia menjadi muslimah  yang dianggap paling berpengaruh di dunia.

Peringkatnya pun tak sembarangan. Sri Mulyani berada di posisi 38 dunia. Sepak terjang sang ekonom dianggap mengubah banyak hal. Dia, misalnya, dianggap sukses melakukan reformasi birokrasi saat menjadi Menteri Keuangan Indonesia. Dan bersih dari kasus korupsi.

Pejabat wanita muslimah yang juga masuk daftar Forbes adalah Sheikha Lubna Al Qasimi, Menteri Kerjasama Internasional dan Pembangunan di Uni Emirat Arab (UEA). Ia berada di nomor 55.

Tak hanya dari panggung politik. Muslimah yang berpengaruhi juga datang dari dunia bisnis.
Peringkat teratas dipegang wanita pengusaha muslim Arab Saudi, Lubna Olayan Sulaiman. Dia adalah Chief Executive Officer (CEO) Olayan Financing Company. Dia tercatat sebagai wanita paling berpengaruh dunia ke-86.

Olayan Financing Company adalah sebuah perusahaan di bawah Olayan Group yang berkantor di Arab Saudi. Anak cucu perusahaan ini meraksasa hingga ke sejumlah negara di Timur Tengah, kawasan Eropa dan Amerika Utara.

Di Olayan Gruop, Lubna duduk sebagai anggota dewan direksi bersama saudara laki-lakinya Khaled dan dua saudari perempuannya Hayat dan Hutham. Kekayaan perusahaan keluarga itu kini diperkirakan mencapai U$ 10 miliar atau Rp 124 triliun.

Kelompok usaha keluarga ini didirikan oleh ayah mereka, Sulaiman S Olayan, pada tahun 1947. Olayan Group adalah salah satu perusahaan nasional swasta terbesar di Arab Saudi yang bergerak di bidang distribusi, manufaktur, jasa dan investasi.

Olayan Financing Company sendiri kini beroperasi atau aktif berpartisipasi pada lebih 40 perusahaan. Kebanyakan merupakan perusahaan patungan multinasional.  Olayan Financing Company juga adalah salah satu investor terbesar di pasar saham kawasan Timur Tengah dan Arab Saudi.


Rekam jejak Lubna memang meyakinkan. Pada bulan Desember 2004, Lubna terpilih sebagai wanita pertama yang duduk di Dewan Saudi Hollandi Bank, sebuah perusahaan publik di Arab Saudi.
a
Dunia bisnis juga melahirkan dua wanita lain dalam jajaran Forbes. Sheikha Mayassa Al Thani; putri keluarga kerajaan Qatar dan Ketua Qatar Museum Authority didaulat sebagai wanita paling berpengaruh di dunia.  Al Thani berada di peringkat 91.

Tempat keenam sekaligus terakhir wanita muslim berpengaruh ditempati oleh Fatima Al Jaber di peringkat ke-94. Dia adalah Chief Operating Officer perusahaan konstruksi terkemuka Al Jaber Group di Abu Dhabi, UEA.

Munculnya wanita-wanita muslim dalam jajaran tokoh berpengaruh versi Forbes, membuka mata dunia bahwa kabar yang selama ini beredar di dunia barat, sungguh tidaklah benar. 
Previous
Next Post »

NO SARA, NO RASIS, Jika belum punya akun BLOGGER silahkan komentar dengan pilihan ANOYMOUS Out Of Topic Show Konversi KodeHide Konversi Kode Show EmoticonHide Emoticon

Thanks for your comment